Sejarah Ekonomi Peternakan
loading...
Contoh tugas penting artinya bagi seorang mahasiswa. Sebagai referensi awal, biasanya. Contoh tugas biasa dan bisa didapatkan oleh para mahasiswa dari teman-temanya ataupun dari kakak tingkatnya (senior yang baik, hehehe). “Contoh tugas” dapat berupa, tugas kuliah, makalah de el el. Berikut saya posting tugas kuliah pada kuliah peternakan yang saya ikuti dalam kelas-kelas kuliah.
A. SEJARAH EKONOMI PERTANIAN
Awal abad ke-18, ilmu pertanian semakin berkembang, dan bahkan sudah mulai membahas tentang hak dan kepemilikan tanah. Kenyataan ini dipelopori oleh Heinrich Gottlob Von Justi (1702-1771) yang mengeluarkan buku Abhandlung Von Den Hindernissen Einer Blohenden Landwirtschaft. Buku ini membahas tentang penghapusan kerja rodi, hak bersama atas lapangan pangonan, pembagian tanah-tanah luas, dan penukaran tanah. Munculnya buku ini berkaitan dengan keadaan dan kenyataan di Eropa pada waktu itu. Dimana-mana kerja rodi berkembang, tuan tanah bertindak seolah-olah seorang raja diwilayahnya, rakyat kecil sangat menderita dan mengalami penindasan dan pemaksaan dimana-mana. Hak atas tanah tidak diakui, begitu juga dengan hak atas upah yang ditentukan secara sepihak oleh tuan tanah. Keadaan ini banyak dibicarakan di Jerman, yang pertaniannya, pada waktu itu lebih berkembang dari Negara Eropa lainnya. Keadaan ini ditentukan dengan banyak terbitnya buku-buku tentang pertanian, baik keadaan atau sistem yang berlaku, proses tentaing kenyataan, serta ilmu atau teknis pertanian. Selain penulis diatas, ramai juga dibicarakan tentang buku yang ditulis oleh Johan Beckman dengan judul Grundsatze der Rationeller Landwirschaft yang juga membahas tentang kepemilikan dan penguasaan tanah di Jerman. Kemudian Albrecht Thaer (1752-1828) dengan bukunya yang berjudul Grundsatze der Rationeller Landwirschaft Betriebslehre (1885), yang di anggap sebagai Bapak Penggubah Ilmu Ekonomi Pertanian. Albrecht Thaer sebenarnya adalah seorang dokter medis yang lebih tertarik dan terjun kedalam pertanian. Selain menulis buku, kiprahnya dibidang pertanian antara lain mendirikan sekolah tinggi pertanian di Moglin pada tahun 1986.
Di Amerika Serikat, ekonomi pertanian pertama kali diajarkan pada tahun 1892 di Universitas Ohio. Perkembangan ini sebagai akibat terjadinya depresi pertanian pada tahun 1890. Waktu itu diajarkan Rural Economics yang banyak membahas dan sebagai cikal bakal ilmu ekonomi pertanian. Ilmu-ilmu ini terus berkembang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Memasuki abad ke-20, pada tahun 1901 Universitas Cornell memperkenalkan dan mengajarkan ilmu Agricultural Economics, dan tahun 1903 muncul lagi Farm Management. Ilmu ini terus berkembang sampai sekarang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan lainnya yang saling mendukung.
Di Indonesia, ilmu ekonomi baru dikembangkan mulai tahun 1950-an yang dipelopori oleh Iso Reksohadiprojo dan Teko Sumardiwirjo, masing-masing dosen di Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada. Fakultas Pertanian Universitas Indonesia kemudian berkembang menjadi Institut Pertanian Bogor, dan ilmu ini berkembang terus dan bersama UGM kedua institusi ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi pertanian yang sejalan dengan perkembangan ilmu ekonomi dn ilmu pertanian itu sendiri.
Pada akhir decade 1960-an, tepatnya 1969 didirikan organisasi yang menghimpun para ahli ilmu ekonomi pertanian. Organisasi tersebut diberi nama PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia), sebagai tindak lanjut dan realisasi dari rencana yang digagas pada konferensi nasional ekonomi pertanian tahun 1964 di Cibogo, Bogor.Dengan lalhirnya organisasi ini, ilmu ekonomi pertanian semakin berkembang dan semakin jadi perhatian, terutama kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertanian. Untuk menampung para ahli dan tenaga ekonomi pertanian, pemerintah mendirikan suatu badan yang bekerja khusus dalam penelitian ekonomi pertanian, diberi nama SAE (Survei Agro Ekonomi). Tujuan pendirian SAE adalah untuk mempercepat proses pembangunan pertanian Indonesia, dimana melalui penelitian dapat ditemui permasalahan yang ada, potensi, dan metode penanganan secara tepat.
Dalam perkembangannya, SAE berganti nama menjadi PSE (Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian) dan bernaung dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. Tugasnya tidak lagi hanya meneliti beberapa Loka/Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP/BPTP) serta instalasi penelitian dan pengkajian yang ada di setiap propinsi.
B. FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN
1. Alam,
2. Tenaga kerja,
3. Modal,
4. Pengelolaan (manajemen).
Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut sebagai faktor produksi primer, faktor produksi modal dan pengolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literature menambahkan faktor produksi Teknologi sebagai faktor ke lima. Namun disini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu bukan terpisah, dia hadir atau meresap masuk ke masing-masing faktor produksi di atas. Ada teknologi yang berkenaan dengan alam, ada teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor produksi tetap empat.
1. Faktor Produksi Alam
Faktor produksi alam terdiri dari terdiri dari : Udara, Iklim, Lahan, Flora dan Fauna. Tanpa faktor produksi alam tidak ada produk pertanian. Tanpa tanah/ lahan, sinar matahari, udara dan cahaya tidak ada hasil pertanian. Orang yang kurang memahami proses produksi pertanian menganggap faktor produksi yang tidak langka atau tidak terbatas (unscarcity) seperti udara, cahaya adalah tidak termasuk faktor produksi. Tanah/lahan yang bersifat langka/terbatas (scarcity) adalah sebagai faktor produksi. Pada era sebelum Masehi tanah ini juga belum bersifat scarcity, sama halnya dengan udara dan cahaya. Air di beberapa daerah masih bersifat unscarcity, namun di beberapa daerah sudah scarcity, karena itu dibangun irigasi, sprinkle dan kadang-kadang harus diciptakan hujan buatan.
2. Faktor Produksi Modal
Modal dalam arti ekonomi adalah hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi selanjutnya. Von Bohm-Bawerk menjelaskan sebagai berikut: Segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat. Kekayaan itu digunakan:
- Sebagian untuk konsumsi.
- Sebagian untuk memproduksi barang-barang baru, inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial.
- modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang.
- modal dapat mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan ini terlepas dari kerjanya.
- Modal tetap adalah barang-barang modal yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali. Meskipun akhirnya modal itu tandas atau habis juga, tetapi sama sekali tidak terhisap dalam hasil. Contoh modal tetap : mesin, bangunan, alat-alat pertanian.
- Modal bergerak adalah barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi dan habis terpakai dalam proses produksi. Contoh modal bergerak: pupuk, bahan bakar, bahan mentah.
1. Biaya modal bergerak diperhitungkan dalam harga biaya riel (pada saat itu).
2. Biaya modal tetap diperhitungkan melalui penyusutan nilai.
3. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah suatu alat kekusaan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan kepada usaha produksi. Tenaga kerja yang bukan bertujuan usaha produksi misalnya tenaga untuk sport disebut langkah bebas.
Bila seorang petani mempunyai ternak sapi yang digunakan membajak sawah, atau suatu perkebunan yang mempunyai traktor untuk mengolah tanah, apakah sapi dan traktor itu termasuk faktor produksi tenaga kerja? Sapi dan traktor itu bukan faktor tenaga kerja, tetapi masuk dalam faktor produksi modal.
Faktor produksi tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dari manusia, sapi dan traktor jelas berpisah dengan manusia. Sapi dan traktor dapat menggantikan tenaga kerja manusia
dalam hal membajak dan mengolah tanah.
4. Faktor Produksi Manajemen
Manajemen sama dengan pengelolaan, artinya kemampuan manusia mengkelola atau mengkombinasikan seluruh faktor-faktor produksi dalam waktu tertentu untuk memperoleh produksi tertentu.
C. MASALAH-MASALAH EKONOMI PERTANIAN
Dalam hidup ini waktu adalah sesuatu yang tidak bisa dihentikan dan tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Kalau diperhatikan, sebenarnya waktu bukanlah merupakan masalah, baik dalam usaha pertanian maupun bukan pertanian. Hanya saja kita harus berupaya untuk menyesuaikan diri dengan waktu dan jangan waktu yang harus diatur untuk kepentingan kita.
Dalam sektor pertanian, selama ini waktu dianggap sebagai masalah dalam proses produksi karena lamanya menunggu, mulai dari pembibitan dilakukan sampai pada waktu memperoleh hasil. Sebenarnya bukan waktu yang menjadi masalah tetapi adalah subfaktor yang berada dalam waktu penantian itu sendiri. Dalam menunggu tanaman tumbuh sampai menghasilkan, kita harus memperhatikan perkembangannya, kita harus perhatikan bagaimana ia tumbuh, apakah ia butuh unsur hara atau pakan, apakah ia butuh obat, atau apakah perlu dipangkas, disiangi dan lain sebagainya. Kita tidak bisa berusaha tani dengan cara tradisional, setelah tanam ditinggalkan kemudian datang untuk mengambil hasil.
Subfaktor-subfaktor yang mengisis jarak atau antara (waktu) dalam suatu proses produksi pertanian yang harus kita tangani dan kelola dengan baik. Sebenarnya di sinilah letak masalahnya, bukan pada waktunya. Setelah mengetahui masalah sebenarnya maka kita sebaiknya mengisi waktu dengan kegiatan memenuhi semua keinginan tanaman/ternak yang diusahakan untuk memperoleh hasil yang setinggi-tingginya. Subfaktor tersebut adalah komponen teknologi.
B. Biaya Usaha Tani
Dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan bawon panen. Kadang-kadang juga termasuk biaya untuk iuran pemakaian air dan irigasi, pembayaran zakat, dan lain sebagainya. Dalam usaha peternakan antara lain untuk biaya pengembalaan, biaya pembelian pakan, biaya pembersihan kandang, dan jenis upah kegiatan lainnya.
Biaya seringkali menjadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi. Karena kurangnya biaya yang tersedia, tidak jarang petani mengalami kerugian dalam usaha taninya. Dari segi teknis dan pengetahuan, sebagian besar petani kita sudah memahami fungsi teknolgi, mereka menyadari pentingnya teknologi, mereka sudah butuh teknologi, dan mereka sudah mau menerapkan teknologi, tetapi kendalanya adalah modal. Teknologi yang benar dan tepat menghendaki biaya yang cukup tinggi dan harus tersedia tepat waktu pula.
Teknologi adalah teknik atau cara bercocok tanam atau beternak atau memelihara ikan yang benar untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Teknologi diperoleh dari hasil penelitian dan pengkajian, kemudian ditransfer ke pengguna (petani/peternak/petambak atau pemelihara ikan dan nelayan) melalui berbagai cara dan berbagai media. Teknologi terdiri dari beberapa komponen, mulai penyediaan dan pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama penyakit, pengaturan air atau penyiraman, panen, dan pascapanen. Setiap komponen ini juga mempunyai bagian lagi. Salah satu komponen, misalnya pupuk.
C. Tekanan Penduduk
Sejarah mencatat salah satu isi buku Malthus (1808), yang membahas tentang tekanan penduduk sehubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan. Di sana disebutkan bahwa pertumbuhan penduduk menyerupai sebuah deret ukur sementara peningkatan produksi menyerupai deret hitung. Artinya pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi. Semakin lama pertumbuhan tersebut akan menjadi masalah kalau tidak dilakukan upaya-upaya yang dapat mengatasinya. Walaupun teknologi sudah ditemui dan dianggap sementara dapat mengatasi masalah tekanan penduduk, tetapi teori Malthus ini masih harus tetap diwaspadai.
Dilihat dari segi jumlah penduduk Indonesia sekarang berada di peringkat empat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Kuantitas penduduk yang dimiliki sekarang belum membuat negara kita sebagai negara keempat terbesar pula dalam segi-segi lainnya, misalnya pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, industry, dan lain sebagainya.
D. Sistem Usaha tani
Sistem usaha tani mengandung pengertian pola pelaksanaan usaha tani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usaha tani yang diterapkan sebagian besar petani kita adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistence). Hal ini berarti belum sepenuhnya bertujuan untuk dijual ke pasar (marked oriented) seperti halnya usaha tani di negara-negara yang telah maju.
Masalahnya dengan pola tersebut pertanian kita lambat berkembang dan upaya pemacuan produksi tidak dapat berjalan lancar dan produktif. Perbaikan perlu diarahkan pada kajian teori dan praktek ekonomi pertanian. Sehingga secara perlahan tapi pasti pertanian kita tidak lagi statis tetapi menjadi pertanian yang dinamis dan selalu haus dengan teknologi. Beberapa daerah di Indonesia sudah mulai kelihatan menuju kea rah pertanian yang dinamis, yang ditandai dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dibanding daerah lainnya.
Itulah tadi “contoh tugas” yang sempat saya posting, yang belum sempat saya posting, tunggu saja. Atau itu memang versi eksklusif (tidak bisa untuk khayalak umum). Ingat, tugas kuliah (apapun bentuknya : makalah kuliah, tugas individu, tugas mandiri, tugas akhir, de el el) adalah sebuah keniscayaan bagi mahasiswa yang baik, mahasiswa yang tidak mau dan tak ingin mengeluh, mahasiswa yang luar biasa. Semoga bermanfaat. Amiin.
NB :
NB :
- Contoh tugas (apa pun bentuknya) yang saya posting tidak luput dan acapkali terdapat kekeliruan di dalamnya.
- Anggaplah sebagai acuan. Kalau perlu jangan copast (copy paste). Karya sendiri lebih bagus.
- Tugas kuliah yang saya posting adalah tugas kuliah yang saya dapatkan pada bangku kuliah. Isinya tidak jauh-jauh pada kuliah peternakan. Jadi mohon maaf.
- Dan terakhir, mohon kritik atau sarannya.
loading...
0 Response to "Sejarah Ekonomi Peternakan"
Posting Komentar